SUBDURAL
HEMATOMA
A. Pendahuluan
Terjadi perdarahan antara dura mater dan lapisan
arachnoid pada lapisan meningen yang membungkus otak. Subdural hematoma
biasanya sebagai akibat adanya injury pada otak dan pada pembuluh darah. Vena
yang mengalir pada permukaan otak masuk
kedalam sinus sagital merupakan sumber terjadinya subdural hematoma. Oleh
karena subdural hematoma berhubungan dengan kerusakan vena, sehingga hematoma
terjadi secara perlahan-lahan. Tetapi bila disebabkan oleh kerusakan arteri
maka
kejadiannya secara cepat. Subdural hematoma dapat terjadi secara akut, subakut, atau kronik.
kejadiannya secara cepat. Subdural hematoma dapat terjadi secara akut, subakut, atau kronik.
Setelah
terjadi perdarahan vena, subdural hematoma nampak membesar. Hematoma
menunjukkan tanda-tanda dalam waktu 48 jam setelah injury. Tanda lain yaitu bila terjadi konpressi jaringan otak maka
akan terjadi peningkatan ICP menyebabkan penurunan tingkat kesadaran dan nyeri
kepala. Pupil dilatasi. Subakut biasanya terjadi dalam waktu 2 – 14 hari setelah injury.
Kronik
subdural hematoma terjadi beberapa
minggu atau bulan setelah injury. Somnolence, confusio, lethargy, kehilangan
memory merupakan masalah kesehatan yang berhubungan dengan subdural hematoma.
B. Pengertian
Terkumpulnya
darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik.
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang biasanya
terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut
terjadi dalam 48 jam - 2 hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2
minggu atau beberapa bulan.
C. Tanda
dan Gejala
-
Nyeri kepala
-
Bingung
-
Mengantuk
-
Menarik
diri
-
Berfikir
lambat
-
Kejang
-
Udem
pupil
Perdarahan
intracerebral berupa perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah
arteri; kapiler; vena.
Tanda
dan gejalanya :
-
Nyeri
kepala
-
Penurunan
kesadaran
-
Komplikasi
pernapasan
-
Hemiplegia
kontra lateral
-
Dilatasi
pupil
-
Perubahan
tanda-tanda vital
D. Pemeriksaan
Fisik
Aspek
neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS < 15,
disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang positif,
perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk, hemiparese.
Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.
Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.
Pemeriksaan
Penunjang
-
CT-Scan
(dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan,
determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui
adanya infark / iskemia jangan dilakukan pada 24 - 72 jam setelah injuri.
-
MRI :
Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
-
Cerebral
Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan
jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
-
Serial
EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
-
X-Ray:
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/edema),
fragmen tulang.
-
BAER:
Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak keci
-
PET:
Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
-
CSF,
Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
-
ABGs:
Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika
terjadi peningkatan tekanan intracranial
-
Kadar
Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan
tekanan intrkranial
-
Screen
Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan
kesadaran.
E. Penatalaksanaan
Konservatif:
-
Bedrest
total
-
Pemberian
obat-obatan
-
Observasi
tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)
Prioritas Perawatan
-
Maksimalkan
perfusi / fungsi otak
-
Mencegah
komplikasi
-
Pengaturan
fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal
-
Mendukung
proses pemulihan koping klien / keluarga
-
Pemberian
informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan
rehabilitasi.
F. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang
bisa muncul adalah:
1.
Tidak
efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
2.
Tidak
efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
3.
Gangguan
perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
4.
Keterbatasan
aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma)
5.
Potensial
gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya
sirkulasi perifer.
6.
Kecemasan
keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien
G. Intervensi
Keperawatan
1.
Tidak
efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
Tujuan :
Mempertahankan pola napas
yang efektif melalui ventilator.
Kriteria evaluasi :
Penggunaan otot bantu
napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda hipoksia tidak ada dan gas
darah dalam batas-batas normal.
Rencana tindakan :
-
Hitung
pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari pasien dapat
menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan tekanan Pa
Co2 dan menyebabkan asidosis respiratorik.
-
Cek
pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam pemberian tidal
volume.
-
Observasi
ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih panjang
dari inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi terperangkapnya
udara terhadap gangguan pertukaran gas.
-
Perhatikan
kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat mengeringkan sekresi /
cairan paru sehingga menjadi kental dan meningkatkan resiko infeksi
-
Cek
selang ventilator setiap waktu (15 menit ), adanya obstruksi dapat menimbulkan
tidak adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan penyebaran udara yang tidak
adekuat.
-
Siapkan
ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu membarikan ventilasi yang
adekuat bila ada gangguan pada ventilator.
2. Tidak efektifnya kebersihan jalan
napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
Tujuan :
Mempertahankan jalan napas
dan mencegah aspirasi
Kriteria Evaluasi :
Kriteria Evaluasi :
Suara napas bersih, tidak
terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm karena peninggian suara
mesin, sianosis tidak ada.
Rencana tindakan :
-
Kaji
dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat disebabkan
pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah terhadap tube.
-
Evaluasi
pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang simetris dan
suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak adanya
penumpukan sputum.
-
Lakukan
pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum banyak.
Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk mencegah
hipoksia.
-
Lakukan
fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru
dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.
3. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan
dengan udem otak
Tujuan :
Mempertahankan dan
memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik.
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital stabil,
tidak ada peningkatan intrakranial.
Rencana tindakan :
-
Monitor
dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS. Rasional : Refleks
membuka mata menentukan pemulihan tingkat kesadaran. Respon motorik menentukan
kemampuan berespon terhadap stimulus eksternal dan indikasi keadaan kesadaran
yang baik. Reaksi pupil digerakan oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk menentukan
refleks batang otak.
Pergerakan mata membantu
menentukan area cedera dan tanda awal peningkatan tekanan intracranial adalah terganggunya
abduksi mata.
-
Monitor
tanda-tanda vital tiap 30 menit. Peningkatan sistolik dan penurunan diastolik
serta penurunan tingkat kesadaran dan tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial. Adanya pernapasan yang irreguler indikasi terhadap adanya
peningkatan metabolisme sebagai reaksi terhadap infeksi. Untuk mengetahui
tanda-tanda keadaan syok akibat perdarahan.
1.
Pertahankan
posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan. Perubahan kepala pada satu sisi
dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah
otak, untuk itu dapat meningkatkan tekanan
intrakranial.
2.
Hindari
batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran urin dan
hindari konstipasi yang berkepanjangan.
Dapat mencetuskan respon otomatik penngkatan intrakranial.
Dapat mencetuskan respon otomatik penngkatan intrakranial.
3.
Observasi
kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang.
Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan tekanan intrakrania
Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan tekanan intrakrania
4.
Berikan
oksigen sesuai dengan kondisi pasien. Dapat menurunkan hipoksia otak.
5.
Berikan
obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar (kolaborasi). Membantu
menurunkan tekanan intrakranial secara biologi / kimia seperti osmotik diuritik
untuk menarik air dari sel-sel otak sehingga dapat menurunkan udem otak,
steroid (dexametason) untuk menurunkan inflamasi, menurunkan edema jaringan.
Obat anti kejang untuk menurunkan kejang, analgetik untuk menurunkan rasa nyeri
efek negatif dari peningkatan tekanan intrakranial. Antipiretik untuk
menurunkan panas yang dapat meningkatkan pemakaian oksigen otak
4. Keterbatasan aktifitas sehubungan
dengan penurunan kesadaran (soporos - coma )
Tujuan :
Kebutuhan dasar pasien dapat
terpenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil :
Kebersihan terjaga,
kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan,
oksigen adekuat.
Rencana Tindakan :
-
Berikan
penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien.
-
Penjelasan
dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja sama yang dilakukan pada
pasien dengan kesadaran penuh atau menurun.
-
Beri
bantuan untuk memenuhi kebersihan diri.
-
Kebersihan
perorangan, eliminasi, berpakaian, mandi, membersihkan mata dan kuku, mulut,
telinga, merupakan kebutuhan dasar akan kenyamanan yang harus dijaga oleh
perawat untuk meningkatkan rasa nyaman, mencegah infeksi dan keindahan.
-
Berikan
bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
-
Makanan
dan minuman merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi untuk menjaga
kelangsungan perolehan energi. Diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien baik
jumlah, kalori, dan waktu.
-
Jelaskan
pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan yang aman
dan bersih.
-
Keikutsertaan
keluarga diperlukan untuk menjaga hubungan klien - keluarga. Penjelasan perlu
agar keluarga dapat memahami peraturan yang ada di ruangan.
-
Berikan
bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan lingkungan.
-
Lingkungan
yang bersih dapat mencegah infeksi dan kecelakaan.
5. Kecemasan keluarga sehubungan keadaan
yang kritis pada pasien.
Tujuan :
Kecemasan keluarga dapat
berkurang
Kriteria evaluasi :
Ekspresi wajah tidak
menunjang adanya kecemasan
Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien
Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat.
Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien
Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat.
Rencana tindakan :
-
Bina
hubungan saling percaya. Untuk membina hubungan terpiutik perawat keluarga.
-
Dengarkan
dengan aktif dan empati, keluarga akan merasa diperhatikan.
-
Beri
penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan.
-
Berikan
kesempatan pada keluarga untuk bertemu dengan klien.
Mempertahankan hubungan pasien dan keluarga.
Mempertahankan hubungan pasien dan keluarga.
-
Berikan
dorongan spiritual untuk keluarga.
Semangat keagamaan dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan keimanan dan ketabahan dalam menghadapi krisis.
Semangat keagamaan dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan keimanan dan ketabahan dalam menghadapi krisis.
6. Potensial gangguan integritas kulit
sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit tidak
terjadi
Rencana tindakan:
-
Kaji
fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan
kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.
-
Kaji
kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.
-
Berikan
posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol.
-
Ganti
posisi pasien setiap 2 jam
-
Pertahankan
kebersihan dan kekeringan pasien : keadaan lembab akan memudahkan terjadinya
kerusakan kulit
-
Massage
dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.
-
Pertahankan
alat-alat tenun tetap bersih dan tegang.
-
Kaji
daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam.
-
Berikan
perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam dengan
menggunakan H2O2.
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges
M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines
for Planning Patient Care (2 nd ed). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Long; BC and Phipps WJ
(1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing
Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.
Asikin Z (1991)
Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala.
Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.
Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.
Harsono (1993) Kapita
Selekta Neurologi, Gadjah
Mada University
Press
terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca blog ini makalah-anaksilajara.blogspot.com Jika ada yang salah atau masih ada yang perlu diperbaiki tentang isi blog atau request bahan makalah silahkan isi komentarnya. Blog ini beroperasi (hehehehe....) 08 September 2013
ReplyDeleteYKS (Yuk Ke Selayar)