Wednesday, 18 September 2013

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN STRUMA


STRUMA

A.   Latar Belakang
Pada keadaan normal kelenjar tiroid demikian kecil, hingga tidak mempengaruhi bentuk leher. Adakalanya terjadi pembesaran dari kelenjar tiroid yang disebut dengan struma. Apabila pada pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul maka pembesaran ini disebut struma nodosa.
Struma mudah ditemukan, karena segera terlihat dan dapat diraba (68% oleh penderita dan 90% oleh pemeriksa), tetapi justru sulit ditetapkan penyebabnya dan tidak bermaknanya kelainan anatomi (struma) dengan perubahan fungsi yang terjadi. Suatu penelitian di Boston, pada 8% dari 2585 autopsi rutin, ditemukan
nodul tiroid. Di RS. Hasan Sadikin Bandung menemukan diantara 696 pasien struma, sebanyak 415 (60%) menderita struma nodosa dan hanya 31 diantaranya yang bersifat toksik. Penelitian Lukitho di RS. Hasan Sadikin Bandung didapatkan dari 325 kasus struma nodosa perbandingan pria dan wanita adalah 1 : 4,2 sedangkan penelitian di Jakarta oleh Hamzah dari tahun 1986-1995 perbandingan penderita struma nodosa antara pria dan wanita adalah 1 : 5,6.

B.   Pengertian Struma Nodosa Non Toksik
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme. (Sri Hartini, Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, hal. 461, FKUI, 1987).
Struma nodosa adalah tumor atau pembesaran pada kelenjar tiroid. Biasanya dianggap membesar bila kelenjar tiroid lebih dari 2x ukuran normal. Pembesaran tiroid sangat bervariasi dari tidak terlihat sampai besar sekali dan mengadakan penekanan pada trakea, membuat dilatasi system vena kolateral. Pada dasarnya struma berdasarkan jumlah nodul ada dua yaitu : struma mononodosa non toksik dan struma multinodosa nan toksik, berdasarkan kemampuan menangkap iodium radioaktif, nodul dibedakan menjadi : nodul dingin, hangat, dan panas. Sedangkan berdasarkan konsistensinya, nodul dibedakan menjadi : nodul lunak, kistik, keras, dan sangat keras.

C.   Anatomi Kelenjar Tyroid
Kelenjar tyroid mempunyai dua lobus, struktur yang kaya vaskularisasi, lobus terletak di sebelah lateral trakea tepat dibawah laring dan dihubungkan dengan jembatan jaringan tiroid, yang disebut isthmus, yang terlentang pada permukaan anterior trakea. Secara mikroskopik, tiroid terutama terdiri atas folikel steroid, yang masing – masing menyimpan materi koloid di bagian pusatnya. Folikel memproduksi, menyimpan dan mensekresi kedua hormon utama T3 (triodotironin) dan T4 (tiroksin). Jika kelenjar secara aktif mengandung folikel yang besar, yang masing – masing mempunyai jumlah koloid yang disimpan dalam jumlah besar sel – selnya, sel – sel parafolikular mensekresi hormon kalsitonin. Hormon ini dan dua hormon lainnya mempengaruhi metabolisme kalsium.

D.   Etiologi
Penyebab pasti pembesaran kelenjar tiroid pada srtuma nodosa tidak diketahui, namun sebagian besar penderita menunjukkan gejala-gejala tiroiditis ringan, oleh karena itu diduga tiroiditis ini menyebabkan hipotiroidisme ringan, yang selanjutnya menyebabkan peningkatan sekresi TSH dan pertumbuhan yang progresif dari bagian kelenjar yang tidak meradang.
Beberapa penderita struma nodosa di dalam kelenjar tiroidnya timbul kelainan pada system enzim yang dibutuhkan untuk pembentukan hormone tiroid. Biasanya tiroid mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Karena pertumbuhannya berangsur- angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejalah kecuali benjolan di leher
Sebagian besar penderita dengan srtuma nodosa dapat hidup dengan strumanya tanpa keluhan. Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernafasan karena menonjol ke bagian depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea bila pembesarannya bilateral. Struma nodosa unilateral dapat menyebabkan pendorongan sampai jauh ke arah pernafasan. Pendorongan demikian mungkin mengakibatkan gangguan pernafasan.

E.   Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormone tiroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk kedalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tiroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuter oleh tiroid stimulating hormone kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari seksesi tiroid stimulating hormone dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedangkan T3 merupakan hormone metabolic tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tiroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.

F.    Manifestasi Klinis
Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan. Peningkatan seperti ini jantung menjadi berdebar- debar, gelisah, berkeringat, tidak than cuaca dingin, dan kelelahan. Pada umumnya kelainan-kelainan yang dapat menampakkan diri sebagai struma nodosa seperti tiroditis. Struma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal yaitu :
a.    Berdasarkan jumlah nodul: bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa soliter (uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut struma multinodosa.
b.    Berdasarkan kemampuan menyerap iodium radioaktif: ada 3 bentuk nodul trioid yaitu nodul dingin, hangat, dan panas.
c.    Berdasarkan konsistensinya: lunak, kistik, keras dan sangat keras.
Keganasan umumnya terjadi pada nodul yang soliter dan konsistensinya keras sampai yang sangat keras. Yang multiple biasanya tidak ganas, kecuali apabila salah satu dari nodul tersebut lebih menonjol dan lebih keras dari pada lainnya. Apabila suatu nodul nyeri pada penekanan dan mudah digerakkan, kemungkinan terjadi suatu perdarahan kedalam kista, tiroiditis. Tetapi kalau nyeri dan sukar digerakkan kemungkinan besar suara karsinoma.
Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan akan keganasan , sebagian kecil pasien khususnya yang dengan struma nodosa besar mengeluh adanya gejala mekanis yaitu: penekanan pada trakea. Diagnosis ditegakkan atas dasar adanya struma yang bernodul dengan keadaan eutiroid.
G.   Penatalaksanaan
Terapi struma antara lain dengan penekanan TSH oleh tiroksin, yaitu pengobatan yang mengakibatkan penekanan TSH hifofisis, dan penghambatan fungsi tiroid disertai atrofi kelenjar tiroid. Pambedahan dapat dianjurkan untuk struma yang besar untuk menghilangkan gangguan mekanik dan kosmetis yang diakibatkannya. Pada masyarakat tempat struma timbul sebagai akibat kekurangan iodium, garam dapur harus diberi tambahan iodium.

H.   kesimpulan
Melihat uraian diatas dapat di simpulkan penyakit struma nodosa merupakan salah satu penyakit yang penyebab pasti pembesaran kelenjar tiroid tidak diketahui, namun sebagian besar penderita menunjukkan gajalah-gejalah tiroiditis ringan.
Perjalanan penyakit ini iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormone tiroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk kedalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tiroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuter oleh tiroid stimulating hormone kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.
Penatalaksanaan pada penyakit struma Terapi struma antara lain dengan penekanan TSH oleh tiroksin, yaitu pengobatan yang mengakibatkan penekanan TSH hifofisis, dan penghambatan fungsi tiroid disertai atrofi kelenjar tiroid. Pambedahan dapat dianjurkan untuk struma yang besar untuk menghilangkan gangguan mekanis dan kosmetis yang diakibatkannya. 
Diagnose yang ditimbulkan :
1.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan  susah  menelan.
2.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dampak pembedahan
3.    Resiko terjadi ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruki trakea, pembengkakan
4.    Gangguan konsep diri (citra tubuh) berhubungan dengan perubahan bentuk leher
5.    Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan salah interpresepi


DAFTAR PUSTAKA


Brunner dan Suddarth, (2001) Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, penerbit EGC.

Junadi, Purnawan,(2000), Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke III, penerbit  FKUI, Jakarta.

Doenges Marilynn, E, dkk, (1999) Rencana Asuhan Keperawatan, edisi III,  penerbit EGC.

No comments:

Post a Comment