BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Memasuki
sekolah dasar bukanlah suatu hal yang selalu membahagiakan setiap siswa. Walaupun
dari segi usia mereka relatif sama, yaitu sama-sama berada dalam rentang usia 6
tahun sampai 12/13 tahun, tetapi dari sifat-sifat umum lainnya terdapat
perbedaan-perbedaan yang menonjol antara satu dengan yang lain. Sebagian
dari mereka telah memperoleh pengalaman pendidikan taman kanak-kanak dan
sebagian lagi langsung memasuki sekolah dasar. Dilihat dari segi tingkat
perkembangannya,
sebagian mungkin sudah cukup matang mengikuti pendidikan, mereka relatif tidak terseleksi, karena biasanya sekolah dasar menampung semua calon yang masuk. Dengan demikian terdapat variasi kemampuan yang dimiliki oleh siswa sesamanya.
sebagian mungkin sudah cukup matang mengikuti pendidikan, mereka relatif tidak terseleksi, karena biasanya sekolah dasar menampung semua calon yang masuk. Dengan demikian terdapat variasi kemampuan yang dimiliki oleh siswa sesamanya.
Kebutuhan akan layanan bimibingan di sekolah dasar muncul
dari karakteristik dan masalah-masalah perkembangan peserta didik. Pendekatan perkembangan
dalam bimbingan merupakan pendekatan yang tepat digunakan di sekolah dasar
karena pendekatan ini lebih berorientasi kepada pengembangan ekologi
perkembangan peserta didik.
Sejalan dengan aspek-aspek perkembangan peserta didik,
layanan bimibingan di sekolah dasar digolongkan ke dalam bimbingan belajar, pribadi,
dan karir. Ada kelompok populasi khusus yang menurut layanan bimibingan khusus,
yaitu untuk anak berbakat, kesulitan belajar, dan berperilaku bermasalah.
Perbedaan berbagai sifat yang dimiliki oleh siswa
sesamanya itu dapat menimbulkan berbagai kesulitan, baik siswa itu sendiri
maupun bagi guru yang menyelenggarakan pengajaran. Sebagian dari
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dapat diatasi dengan prosedur pengajaran
biasa, dan sebagian lagi memerlukan prosedur khusus yang disebut bimbingan.
Oleh sebab itu, para guru kelas dituntut memiliki dua kemampuan pokok
sekaligus, yaitu (1) kemampuan melakukan pengajaran, dan (2) kemampuan
menyelenggarakan bimbingan. Untuk melaksanakan tugas tersebut sekaligus, guru
memerlukan pemahaman yang mendalam tentang anak serta bimbingan dan konseling.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa definisi bimbingan dan bagaimana prinsip-prinsip
bimbingan?
2.
Bagaimana kedudukuan dan permasalahan bimbingan di
sekolah dasar?
3.
Bagaimana pendekatan perkembangan dalam bimbingan?
4.
Bagaimana bentuk-bentuk layanan bimbingan di sekolah
dasar?
5.
Bagaimana aspek manajerial bimbingan di sekolah dasar?
C. Tujuan penulisan
1.
Untuk mengetahui definisi bimbingan dan bagaimana
prinsip-prinsip bimbingan
2.
Mengetahui kedudukuan dan permasalahan bimbingan di
sekolah dasar
3.
Mengetahui pendekatan perkembangan dalam bimbingan
4.
Mengetahui bentuk-bentuk layanan bimbingan di sekolah
dasar
5.
Mengetahui aspek manajerial bimbingan di sekolah dasar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan dan Prinsip-prinsip Bimbingan
1. Pengertian Bimbingan
Banyak ahli yang telah merumuskan pengertian
bimbingan. Di antaranya yang
klasik dan sudah cukup lama berkembang di Amerika Serikat serta banyak dikutip
oleh para penulis di Indonesia adalah sebagaimana dikemukakan oleh Crow (1960),
Jones (1963), dan Mortensen dan Schmullere (1964) sebagai berikut:
Bimbingan
adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita, yang
telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai
kepada hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat
keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri (Crow, 1960: 14).
Bimbingan
adalah bantuan yang diberikan kepada individu-individu dalam menentukan
pilihan-pilihan dan mengadakan berbagai penyesuaian secara bijaksana dengan
lingkungannya. Tujuan utama bimbingan adalah untuk mengembangkan setiap individu
sesuai dengan kemampuannya. (Jones, dalam Djumhur dan M. Surya 1975: 10).
Bimbingan
dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan program pendidikan yang membantu
menyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan-layanan petugas ahli
dengan setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan
kecakapan-kecakapannya secara penuh sesuai dengan yang diharapkan (Mortensen
dan Schmuller 1964: 3).
Walaupun masing-masing ahli itu merumuskan pengertian
bimbingan dengan cara yang berbeda, namun terdapat beberapa kesamaan, yaitu:
1.
Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan. Namun
demikian, tidaklah berarti bahwa setiap bentuk bantuan adalah bimbingan. Untuk
dapat dikatakan sebagai bimbingan, maka bentuk bantuan itu harus memiliki
syarat-syarat tertentu, yaitu prinsip, tujuan, dan metode tertentu sebagaimana
terkandung di dalam pengertian bimbingan itu sendiri.
2.
Bimbingan diberikan dalam bentuk gagasan-gagasan atau ide
yang perlu dipertimbangkan oleh individu yang dibimbing sebelum dia membuat
sesuatu keputusan.
3.
Bimbingan diberikan oleh tenaga ahli, yaitu orang-orang
yang memiliki pengetahuan dan terlatih secara baik dalam bidang bimbingan dan
konseling.
Untuk memudahkan mengingat pengertian bimbingan di atas
Prayitno (1987: 36) merumuskan pengertian bimbingan yang unsur-unsur pokoknya
diawali oleh huruf-huruf yang ada dalam istilah bimbingan itu sendiri, yaitu:
B = Bantuan
I = Individu
M = Mandiri
B = Bahan
I = Interaksi
N = Nasihat
G = Gagasan
A = Asuhan
N = Norma
Dengan memasukkan unsur-unsur tersebut di atas, dapat
dirumuskan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar
dapat mandiri, dengan menggunakan bahan, berupa interaksi, nasihat, gagasan,
dan asuhan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku.
2. Prinsip-prinsip Bimbingan
a.
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu
yang sedang berada dalam proses berkembang. Ini berarti bahwa dalam memberikan
bantuan kepada peserta didik harus memperhatihan tingkat perkembangan atau
kematangan mereka. Bimbingan tidaklah memaksakan arah perkembangan individu,
tapi tidak pula terlepas dari nilai-nilai. Orang yang melaksanakan fungis
bimbingan di sekolah harus sadar dan menerima tanggung jawab akan niali-nilai
yang dikomunikasikannya kepada peserta didik. Dengan demikian dalam bimbingan
itu ada cara-cara yang optimum untuk membantu individu menjelajahi pengalaman,
sikap, dan makna dalam memperkaya perkembangan dirinya.
b.
Bimbingan itu diperlukan bagi semua peserta didik. Semua
peserta didik memerlukan bantuan, dan bukan hanya mereka yang menunjukkan
ketidaksesuaian. Memang didalam kenyataan karena pertimbangan waktu, tempat,
tenaga, dan baiay menuntut bimbingan untuk meberikan prioritas kepada peserta
didik yang dianggap paling memerlukan bantuan. Prioritas pemberian bantuan ini
dapat didasrkan kepada berbagai pertimbangan, misalnya: berat-ingannya masalah,
penting-tidaknya masalah untuk segera dipecahkan, mampu-tidaknya sekolah untuk
memberikan bantuan pemecahan. Apabila bimbingan diperlukan bagi semua peserta
didik, baik peserta didik yang bermasalah maupun ”tidak bermasalah”, maka
bantuan yang diberikan bimbingan harus bersifat pencegahan, pengembangan, dan
berkelanjutan daripada bersifat penyebuhan, remedial atau berorientasi pada
masalah dan dilaksanakan secara sporadis (semabarangan).
c.
Bimbingan harus peduli terhadap semua segi pertumbuhan
peserta didik. Prinsip ini mengandung arti bahwa bimbingan harus memandang
berbagai segi perkembangan peserta didik, baik fisik, mental, sosial, maupun
emosional, sebagai satu kesatuan dan saling berkaitan. Terjadinya masalah dalam
satu segi perkembangan bisa menimbulkan masalah pula bagi segi perkembangan
yang lain. Oleh karena itu pemilahan bimbingan ke dalam bimbingan karir,
bimbingan pribadi, bimbingan pengajaran, dan sebagainya.
d.
Bimbingan berdasar kepada pengakuan atas kemampuan
individu untuk menentukan pilihan yang benar. Setiap individu memiliki hak
pribadi untuk menentukan pilihan, tetapi hak tersebut tidak dapat dipisahkan
dari tanggung jawab untuk menerima konsekuensi pilihan itu. Ini berarti
bimbingan tidak sekedar peduli terhadap hak individu untuk menentukan sendiri
pilihan, tetapi juga membantu individu mengembangkan cara-cara pemenuhan
pilihan itu secara bertanggung jawab.
e.
Bimbingan
adalah salah satu bagian penting dari keseluruhan proses pendidikan. Proses
pendidikan bukanlah proses pengembangan intelektual semata, melainkan proses
pengembangan seluruh segi kepribadian peserta didik, karena kepribadian peserta
didik tidak dapat dipilah-pilah ke dalam serpihan-serpihan tertentu. Pendidikan
bukan pula proses menyamakan perkembangan individu, tetapi proses pengembangan
kemampuan yang dimiliki individu untuk mengembangkan totalitas kepribadiannya
sebagai makhluk pribadi, sosial, dan makhluk Tuhan. Kehadiran bimbingan di
dalam praktek pendidikan tidak cukup dipertautkan dengan proses pengajaran
melainkan juga harus dipertautkan dengan pemahaman kesiapan belajar peserta
didik, masalah disiplin, personalisasi nilai, kegiatan ekstra kurikuler, serta
kegiatan lain yang menunjang pertumbuhan peserta didik dan tidak terbatas
kepada kegiatan-kegiatan di sekolah saja.
f.
Keberadaan bimbingan diarahkan untuk membantu peserta
didik merealisasikan dan mewujudkan dirinya. Bimbingan memberikan bantuan
dengan jalan meningkatkan pemehaman peserta didik terhadap dirinya, penerimaan
akan tujuan yang realistik, serta perwujudan tujuan yang realistik iru sebata
kemampuan dan kesempatan yang pada dirinya.
B. Kedudukuan dan Permasalahan Bimbingan di Sekolah Dasar
Keberadaan bimbingan dalam proses pendidikan yang telah
dikuatkan secara formal denga lahirnya UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional berserta perangkat Peraturan Pemerintah terutama PP 29/1990 tentang
Pendidikan Menengah di mana SMA ada di dalamnya. Kajian terhadap keberadaan
bimbingan di dalam pendidikan tentu tidak cukup dengan penguatan formal,
walaupun itu amat penting untuk terjadinya pengakuan profesi, tetapi juga perlu
dikaji secara filosofis konseptual.
Pendidikan sebagai proses membawa peserta didik dari
kondisi kondisi apa adanya kepada kondisi bagaimana seharusnya. Pandangan ini
mengandung implikasi bahwa pendidikan adalah proses yang dialami secara
individual, dan proses itu adalah proses perkembangan. Dengan kata lain
pendidikan selalau berurusan dengan individu atau organisme yang sedang ada di
dalam proses berkembang dan bahkan pendidikan itu sendiri merupakan suatu
strategi upaya untuk membantu perkembangan peserta didik.
Proses pendidikan sebagai proses individual membawa
implikasi bagi praktek pendidikan untuk memberikan kepedulian kepada
perkembangan setiap peserta didik; upaya pendidikan perlu menyentuh setiap
dunia kehidupan peserta didik secara individual. Sementara itu kenyataan
menunjukkan bahwa proses pelaksanaan pendidikan, yang dibatasi kepada proses
pengajaran, lebih banyak bersifat massal dan klasikal, sehingga tak jarang
dunia kehidupan individual peserta didik menjadi kurang terpedulikan dalam
proses pengajaran. Ini berarti bahwa dalam pelaksanaan pendidikan, pendekatan
pengajaran bukanlah satu-satunya yang bisa menjamin tercapainya perkembangnan
peserta didik secara optimal.
Keberadaan bimbingan di sekolah merupakan sisi lain dari
proses pendidikan yang kepeduliannya tidak terletak pada proses instruksional
melainkan pada proses-proses non
instruksional, dengan fokus intervensinya terletak pada dunia kehidupan
individu peserta didik. Sama halnya dengan pendidikan, bimbingan pula selalu
berhadapan dengan individu yang sedang ada dalam proses perkembangan, dan
bimbingan peduli terhadap semua spek perkembangan individu peserta didik baik
aspek intelektual, sosial, emosional, maupun nilai.
Keberadaan bimbingan dalam Pendidikan di Sekolah Dasar
terkait erat dengan sistem Pendidikan Dasar 9 tahun, di mana Sekolah Dasar
merupakan penggalan dari Pendidikan Dasar 9 tahun. Kedududkan dan posisi formal
dari sekolah dasar seperti ini membawa implikasi kepada peran dan fungsi
sekolah dasar pada masa yang akan datang. Sistem Pendidikan Dasar 9 tahun
membawa implikasi kepada wajib belajar samapi dengan usia SLTP. Konsekuensi
dari sistem ini ialah bahwa sekolah dasar mempunyai tugas dan kewajiban untuk
menyiapkan para ”lulusannya: memasuki pendidikan tingkat lanjutan, jelasnya
SLTP.
Di sekolah dasar, guru merupakan figur kunci dalam
pengembangan layanan bimbingan. Pengemabngan layanan bimbingan di sekolah dasar
akan menyangkut pertimbangan aspek-aspek: pandangan guru terhadap peserta
didik, pemahaman guru terhadap apa yang dilihatnya tentang peserta didik, apa
yang dapat dilakukan berkenaan dengan hal itu, dan bagaimana kehendak guru
untuk melakukan bimbingan kepada peserta didiknya.
Kebutuhan akan bimbingan di sekolah dasar terkait erta
dengan karakteristik perkemabngan peserta didik. Masalah-masalah yang muncul
pada peserta didik di sekolah dasara akan banyak kaitannya dengan masalah perkemabngan
yang mereka alami, dan masalah perkembangan tersebut akan berpengaruh kepada
penyesuaian diri peserta didik terhadap program sekolah.
C. Pendekatan Perkembangan dalam Bimbingan
Pandangan mutakhir tentang bimbingan melihat bimbingan
itu sebagai proses perkembangan, diperuntukkan bagi semua peserta didik dan
tidak terbatas bagi peserta didik yang bermasalah. Pendekatan perkembangan ini
dipandang amat tepat, khususnya bagi pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar,
karena pendekatan ini akan melibatkan semua guru. Pendekatan ini menghendaki
layanan bimbingan untuk memberikan perhatian kepada tahap-tahap perkembangan
peserta didik, kebutuhan dan minat, serta membantu peserta didik mempelajariketerampilan
hidup (Robert D. Miyrick, 1989). Asumsi dasar dari pendekatan perkembangan ini
ialah bahwa perkembangan individu akan berlangsung dalam interaksi yang sehat
antara individu dengan lingkungannya.
Walaupun perkembangan itu mengikuti tata urutan tertentu,
tetapi setaip individu berkembangan dalam keunikannya masing-masing.
Perkembangan perilaku yang efektif dapat dilihat dari tingkat pencapaian
tugas-tugas perkembangan dalam setiap tahap perkembangan. Dilihat dari tahap
atau periode perkembangan, anak usia sekolah dasar berada pada tahap
:pertumbuhan” yang terarah kepada proses pengembangan atau memperoleh alat-alat
perilaku yang baik berkaitan dengan kebiasaan, sikap, dan kesadaran diri bahwa
dirinya merupakan bagiandari lingkungan dan memiliki kecakapan-kecakapan
tertentu yang berbeda dari orang lain.
Pendekatan perkembangan dalam bimbingan akan membawa
implikasi kepada sistem peluncuran (delivery system) dari bimbingan itu
sendiri. Pendekatan perkembangan dalam bimbingan bertolak dari asumsi bahwa
perkembangan individu (peserta didik) akan terjadi melalui proses interaksi
yang sehat antara organisma (individu peserta didik) dengan lingkungan. Masalah
pokok yang dihadapi dalam perkembangan peserta didik atau manusia secara
keseluruhan ialah bagaiman melahirkan generasi manusia yang mampu berbuat
secara inteligen, bekerja sama dengan berbagai kelompok masyarakat dari berrbagai
usia, jenis, ras, agama, dan bahasa. Untuk memecahkan masalah-masalah seperti
ini harus dimulai dengan menciptakan lingkungan yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berkembang sebagai pribadi (manusia).
Secara konkret implementasi bimbingan di sekolah akan
terwujud di dalam proses interaksi antara peserta didik dengan guru atau guru
pembimbing di dalam kelompoknya. Proses interaksi yang dirancang berdasarkan
pendekatan perkembangan tidak semata-mata bersifat instruksional tetapi
bersifat transaksional. Artinya masalah relasi dan interaksi guru dengan
peserta didik menjadi salah satu unsur penting di dalam proses bimbingan. Ada
tiga usur yang harus dipertimbangkan guru dalam melaksanakan layanan bimbingan
yang berdasar pada ekologi perkembangan manusia (Donal H. Blocher, 1974) yaitu:
struktur kesempatan, struktur pendukung, struktur penghargaan (reward).
D. Bentuk Layanan Bimbingan di Sekolah Dasar
1.
Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar diarahkan kepada upaya membantu peserta
didik dalam mempelajari konsep dan keterampilan yang terkait dengan program
kurikuler sekolah, jelasnya dalam mempelajari berbagai bidang studi. Bimbingan
dasar di sekolah dasar akan terpadu dengan proses pembelajaran yang
berorientasi kepada perkembangan peserta didik. Kepedulian guru terhadap
keragaman individual peserta didik merupakan hal penting sebagai dasar
penentuan jenis bantuan kepadanya. Dalam proses bimbingan belajar, sangat
mungkin guru dituntut memberikan layanan kepada peserta didik secara individual
atau perorangan.
2.
Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi lebih terfokus kepada upaya membantu
peserta didik mengembangkan aspek-aspek kepribadian yang menyangkut pemahaman
diri dan lingkungan, kemampuan memecahkan masalah, konsep diri, kehidupan
emosi, dan identitas diri. Layanan bimbingan pribadi amat erat kaitannya dengan
membantu peserta didik menguasai tugas-tugas perkembangan sesuai dengan tahap
perkembangan.
Dilihat dari sudut bimbingan, proses pembelajaran,
terutama di sekolah dasar, merupakan wahana untuk mengembangkan aspek-aspek
kepribadian yang disebutkan di atas. Oleh karena itu guru di sekolah dasar
memegang peran yang amat penting di dalam mengembangkan iklim pembelajaran
sebagai wahan perkembangan pribadi peserta didik.
Peran guru dalam membantu perkembangan pribadi peserta
didik adalah dalam hal-hal berikut yaitu: (1) bersikap peduli terhadap anak.
Peduli mengandung arti memberi perhatian penuh kepada peserta didik sebagai
seorang pribadi dan memahami apa yang terjadi pada dirinya. (2) bersikap
konsisten. Konsisten bukan dalam arti memberikan hukuman atau ganjaran yang
seragam terhadap perbuatan sama yang dilakukan peserta didik. Hal penting dari
sikap konsisten ini ialah bagaimana membantu peserta didik untuk merasakan
konsekuensi tindakannya, dan bukan karena kesamaan perlakuan yang diberikan
guru. (3) mengembangkan lingkungan yang stabil. Guru harus berupaya
mengembangkan struktur program dan tatanan yang dapat menumbuhkan perasaan
peserta didik bahwa dirinya hidup dalam dunia yang memiliki keteraturan,
stabilitas, dan tujuan. Lingkungan seperti ini akan membantu peserta didik
sedangkan lingkungan yang tidak menentu akan menumbuhkan frustrasi dan perilaku
yang tidak sesuai. (4) bersikap permisif. Sikap permisif ialah memberikan
keleluasaan dan menumbuhkan keberanian peserta didik untuk menyatakan diri dan
menguji kemampuannya, serta bersikap toleran terhadap kekeliruan dan keragaman
perilaku peserta didik.
3.
Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial diarahkan kepada upaya membantu peserta
didik mengembangkan keterampilan sosial atau keterampilan berinteraksi di dalam
kelompok. Di dalam kehidupan anak sekolah dasar, kecakapan tersebut adalah
kecakapan interaksi dengan kelompok teman sebaya atau orang dewasa.
Peran penting yang perlu dimainkan guru dalam kaitannya
dengan layanan bimbingan sosial ialah mengembangkan atmosfir kelas. Atmosfir
kelas yang kondusif bagi perkembangan sosial ialah yang dapat menumbuhkan: rasa
turut memiliki kelompok, partisipasi kelompok, penerimaan terhadap keragaman
individual dan kelompok. Untuk menumbuhkan atmosfir kelas seperti itu, salah
satu upaya yang dapt dilakukan guru dalam proses pembelajaran ialah
mengembangkan pembelajaran kooperatif (cooopertif learning). Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang bergantung kepada kelompok kerja kecil yang
mengkombinasikan (1) tujuan kelompok atau dukungan tim, (2) tanggung jawab
individual, dan (3) kesamaan kesemapatan untuk sukses (James M. Cooper, 1990).
4.
Bimbingan Karir
Bimbingan karir di sekolah dasar diarahkan untuk
menumbuhkan kesadaran dan pemahaman peserta didik akan ragam kegiatan dan
pekerjaan di dunia sekitarnya, pengembangan sikap positif terhadap semua jenis
pekerjaan dan orang lain, dan pengembangan kebiasaan hidup yang positif.
Bimbingan karir di sekolah dasar juga terkait erat dengan upaya membantu
peserta didik memahami apa yang disukai dan tak disukai, kecakapa diri,
disiplin, mengontrol kegiatan sendiri.
Bailey dan Nihlen (1989) menyarankan program pengembangan
kesadaran karir di tingkat sekolah dasar, khususnya di kelas-kelas tinggi,
hendaknya dfikembangkan secara terpadu dan mencakup hal-hal berikut ini:
1.
Informasi yang difokuskan kepada tanggung jawab dan
struktur pekerjaan.
2.
penyediaan waktu dan kesempatan bagi peserta didik untuk
berbagi pengetahuan tentang dunia kerja dan pengalaman yang diperolehnya dari
orang-orang sekitar tentang berbagai pekerjaan.
3.
kesempatan peserta didik untuk berinteraksi dengan
orang-orang yang bekerja disekitarnya. Interaksi ini akan mejembatani anak
dengan dunia kerja.
4.
kesempatan bagi peserta didik untuk mengetahui bagaimana
orang melaksanakan pekerjaan atau profesi yang dipilihnya.
5.
kesempatan bagi peserta didik untuk mengenali peran
faktor jenis (gender) dalam pekerjaan.
5.
Bimbingan Anak Berbakat
Di lihat dari segi kemampuan yang dimiliknya, murid
berbakat tidaklah merupakan murid yang bermasalah. Yang menjadi masalah adalah
kemungkinan: (1) pengaruh yang timbul sebagai akibat dari kemampuan yang
dimilikinya, dan (2) keadaan perlakuan yang diterimanya dari guru tidak sesuai
dengan keadaan dirinya. Hal ini misalnya, diungkapkan oleh Gertrude Hildreth
(dalam Raden Cahay Prabu, 1982) yang menyatakan bahwa anak-anak berbakat yang
taraf intelegensinya lebih dari 180 mempunyai kesulitan dalam penyesuaian diri
terhadap lingkungannya.
Bimbingan anak berbakat dapat digolongkan ke dalam bentuk
sebagai berikut:
a.
Pengajaran
pengayaan, yaitu pembinaan murid denga jalan penyediaan kesempatan
dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat pendalaman dan perluasan setelah
murid menyelesaikan semua tugas yang diprogramkan untuk murid umunya termasuk
murid yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk ,belajar mandiri
(independent study) antara lain mengadakan percobaan-percobaan di laboratorium,
menjawab soal-soal-soal, dan belajar di perpustakaan.
b.
Percepatan, yaitu
cara pembinaan murid berbakat dengan memperbolehkannya naik kelas cara melompat
atau menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat.
c.
Pengelompokan
khusus, yaitu sejumlah anak berbakat dikumpulkan dan diberi
kesempatan untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan
kemampuannya. Hal ini dapat dilakukan secara penuh dan padat juga secara
sebagian.
6.
Bimbingan Bagi Anak Berkesulitan Belajar
Definisi yang dikemukakan para ahli menunjukkan bahwa
learning disability tidak digolongkan kedalam salah satu keluarbiasaan.
Kesulitan belajar lebih didefenisikan sebagai gangguan perseptual, konseptual,
memori, maupun ekspresi di dalam proses belajar. Kendati pun gangguan ini bida
terjadi di dalam berbagai tingkatan kecerdasan, namun :kesulitan belajar” lebih
terkait dengan tingkat kecerdasan normal atau bahkan diatas normal. Anak-anak
yang berkesulitan belajar memiliki ketidak teraturan dalam proses fungsi mental
dan fisik yang bisa menghambat alur belajar yang normal, menyebabkan
keterlambatan dalam kemampuan perspetual-motorik tertentu atau kemampuan
berbahasa. Umumnya masalah ini tampak ketika anak mulai mempelajari mata-mata
pelajaran dasar seperti menulis, membaca, berhitung, dan mengeja.
Penyebab kondisi kesulitan belajar ini yaitu: kerusakan
otak, gangguan emosional, dan pengalaman. Kerusakan otak berarti terjadinya
kerisakan syaraf seperti dalam kasus-kasus encephalitis, meningitis, dan
toksik. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan gangguan fungsi otak yang
diperlukan untuk proses belajar pada anak dan remaja. Demikian pula anak-anak
yang mengalami minimal brain dysfuction pada saat lahir akan menjadi masalah
besar pada saat anak mengalami proses pbelajar.
Faktor gangguan emosional yang menimbulkan kesulitan
belajar terjadi karena adanya trauma emosional yang berkepanjangan yang
mengganggu hubungan fungsional sistem urat syaraf. Dalam kondisi seperti ini
perilaku-perilaku yang terjadi seringkali seperti pada kasus kerusakan otak.
7.
Bimbingan Bagi
Anak dengan Perilaku Bermasalah
Perilaku bermasalah adalah persoalan yang harus menjadi
kepedulian guru, bukan semata-mata karena perilaku itu desktruktif atau
mengganggu proses pembelajaran, melainkan semua bentuk perilaku baik agresif
maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan peserta didik dalam belajar.
Persolanan peserta didik mulai dari kesulitan mengatur jadwal belajar sampai
kepada kesulitan dalam bekerja sama dengan teman merupakan perilaku yang dapat
menimbulkan masalah belajar peserta didik dan hal itu merupakan perilaku
bermasalah. Bentuk umum perilaku mekanisme pertahanan diri ini ialah: (1) rasonalisasi,
(2) sikap bermusuhan yang tampak dalam perilaku agresif, menyerang, mengganggu,
bersaing, dan menmgecam lingkungan, (3) menghukum diri sendiri tampak dalam
wujud mencela diri sebagai penyebab utama kesalahan atau kegagalan, (4)
represi, (5) konformitas, dan (6) sinis.
Upaya membantu peserta didik mengatasi perilaku
bermasalah dan menggantinya dengan perilaku yang efektif menghendaki
keterampilan khusus dari guru. Bagi guru sekolah dasar yang berperan sebagai
guru sekaligus sebagai pembimbing, penanganan dan pencegahan perilaku
bermasalah dapat ditempuh dengan mengembangkan kondisi pembelajaran yang dapat
memperbaiki kesehatan mental peserta didik.
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh
lingkungan belajar yang sehat:
a.
Memanfaatkan pengajaran kelas sebagai wahan bimbingan
kelompok. Dalam hal ini guru dapat bekerja sama dengan konselor sekolah.
b.
Memanfaatkan pendekatan-pendekatan kelompok dalam
melakukan bimbingan. Dalam mewujudkan fungis bimbingan di dalam proses
pembelajaran, guru dapat menggunakan metode yang bervariasi yang memungkinkan
peserta didik mengembangkan keterampilan kehidupan kelompok. Metode yang
dimaksud seperti sosiometri, diskusi, dan bermain peran.
c.
Mengadakan konfrensi kausu dengan melibatkan para guru
dan orang tua peserta didik untuk menemukan alternatif pemecahan kasus.
d.
Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi
evaluasi.
e.
Memasukkan aspek-aspek hubungan insaniah ke dalam
kurikulum sebagai bagian terpadu dari bahan ajaran yang harus disajikan guru.
f.
Menaruh kepedulian khusus terhadap faktor-faktor
psikologis yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran.
E. Aspek Manajerial Bimbingan di Sekolah Dasar
Sampai saat ini dalam sistem pendidikan sekolah dasar
layanan bimbingan masih menjadi tugas terpadu dari guru kelas. Namun demikian
pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar tetap menghendaki dukungan manajerial
yang memadai. Dalam upaya penyelenggaraan layanan bimbingan di sekolah dasar
perlu dipertimbangkan aspek-aspek berikut:
1.
Aspek Program
Program bimbingan perlu dikembangkan dengan bertolak dari
kebutuhan dan masalah nyata yang ada di sekolah. Program bimbingan di sekolah
dasar bisa menyangkut bimbingan belajar, pribadi dan sosial, dan bimbingan
karir. Sementara itu isi bimbingan dari setiap jenis bimbingan tersebut perlu
dikembangkan secara relevan dengan konsep dan kebutuhan nyata dihadapi para
peserta didik sekolah dasar di dalam perkembangannya. Perangkat tugas
perkembangan yang harus diselesaikan peserta didik dapat menjadi panduan umum
bagi perkembangan program bimbingan di sekolah dasar.
2.
Aspek Ketenagaan
Dengan mempertimbangkan kondisi dan sistem yang berlaku
selama ini di sekolah dasar, guru kelas dipandang sebagai personel yang paling
mungkin melaksanakan layanan bimbingan. Jika demikian halnya maka seorang guru
sekolah dasar perlu memiliki pemahaman yang tepat dan keterampilan yang memadai
untuk melaksanakan layanan bimbingan.
3.
Aspek Prosedur/Teknik
Seperti diungkapkan di atas bahwa bimbingan di sekolah
dasar lebih berorientasi kepada pengembangan. Oleh karena itu sitem peluncuran
bimbingan di sekolah dasar menghendaki keterpaduan antara pendekatan dan teknik
unstruksional dengan transaksional. Pengembangan iklim pembelajaran yang
kondusif bagi penembangan perilaku efektif baik yang menyangkut pengembangan
perilaku belajar, pribadi dan sosial dan perkembangan karir merupakan strategi
yang efektif untuk digunakan di sekolah dasar.
4.
Daya Dukung Lingkungan
Bimbingan adalah sub sistem terpadu dalam sistem
pendidikan sekolah. Bimbingan hanya akan berjalan dengan baik jika mendapat
tempat yang layak di sistem itu, sehingga layanan bimbingan akan dirasakan memberikan
kontribusi terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Para guru bukanlah petugas
yang bisa bekerja sendiri tanpa bantuan dan dukungan dari guru-guru dan
pimpinan sekolah. Oleh karena itu daya dukung lingkungan baik dukungan
manajerial, sosial, maupun sarana fisik merupakan salah satu faktor penting
dari upaya peningkatan mutu pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan
program pendidikan yang membantu menyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan
layanan-layanan petugas ahli dengan setiap individu dapat mengembangkan
kemampuan-kemampuan dan kecakapan-kecakapannya secara penuh sesuai dengan yang
diharapkan (Mortensen dan Schmuller 1964: 3).
Keberadaan bimbingan dalam Pendidikan di Sekolah Dasar
terkait erat dengan sistem Pendidikan Dasar 9 tahun, di mana Sekolah Dasar
merupakan penggalan dari Pendidikan Dasar 9 tahun. Kedududkan dan posisi formal
dari sekolah dasar seperti ini membawa implikasi kepada peran dan fungsi
sekolah dasar pada masa yang akan datang. Sistem Pendidikan Dasar 9 tahun
membawa implikasi kepada wajib belajar samapi dengan usia SLTP.
Pendekatan perkembangan dalam bimbingan akan membawa
implikasi kepada sistem peluncuran (delivery system) dari bimbingan itu
sendiri. Pendekatan perkembangan dalam bimbingan bertolak dari asumsi bahwa
perkembangan individu (peserta didik) akan terjadi melalui proses interaksi
yang sehat antara organisma (individu peserta didik) dengan lingkungan. Masalah
pokok yang dihadapi dalam perkembangan peserta didik atau manusia secara
keseluruhan ialah bagaiman melahirkan generasi manusia yang mampu berbuat
secara inteligen, bekerja sama dengan berbagai kelompok masyarakat dari
berrbagai usia, jenis, ras, agama, dan bahasa.
Bentuk Layanan Bimbingan di Sekolah Dasar
1.
Bimbingan Belajar
2.
Bimbingan sosial
3.
Bimbingan karir
4.
Bimbingan anak berbakat
5.
Bimbingan bagi anak berkesulitan belajar
6.
Bimbingan bagi anak dengan perilaku bermasalah
Sampai saat ini dalam sistem pendidikan sekolah dasar
layanan bimbingan masih menjadi tugas terpadu dari guru kelas. Namun demikian
pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar tetap menghendaki dukungan manajerial
yang memadai. Dalam upaya penyelenggaraan layanan bimbingan di sekolah dasar
perlu dipertimbangkan aspek-aspek berikut
1.
Aspek program
2.
Aspek ketenagaan
3.
Aspek prosedur/teknik
4.
Aspek daya dukung lingkungan
B. Saran
Untuk memecahkan masalah-masalah dalam proses bimbingan
belajar harus dimulai dengan menciptakan lingkungan yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk berkembang sebagai pribadi (manusia), selain
dukungan yang diberikan oleh orang tua, guru, dan semua elemen masyarakat dalam
proses bimbingannya.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Muh. 2008. ”Bimbingan
Konseling Di Sekolah Dasar”. FKIP. Universitas Muhammadiyah Makassar.
Erman, Marjohan. 1992. ”Bimbingan dan
Konseling”. Departemen dan Kebudayaan.
Kartadinata, Sunaryo. 1997. ”Landasan-landasan
Pendidikan Sekolah Dasar”. FKIP. Universitas Muhammadiyah Makassar.
No comments:
Post a Comment