Monday, 16 September 2013

LUKA BAKAR

LUKA BAKAR

A.   Latar Belakang
Jenis  luka  di antaranya  adalah  luka  bakar,  yang  merupakan  suatu  bentuk  kerusakan atau kehilangan  jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber  panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat, 2003). Luka  bakar  diklasifikasikan  berdasarkan  kedalaman  dan  luas  daerah  yang  terbakar (Elizabeth,  1997).  Kulit  dengan  luka  bakar  akan  mengalami  kerusakan  pada epidermis,  dermis  maupun  jaringan  subkutan  tergantung  faktor  penyebab  dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas atau penyebabnya. Kedalaman luka bakar ditentukan oleh
tingginya suhu dan lamanya pejanan pada kulit (Syamsuhidayat dan Jong, 1997).
Buah  pepaya  sering  digunakan  di  Gambia  (The  Royal  Victoria  Hospital), Banjul (The Pediatric Unit) untuk penanganan luka bakar, karena memiliki toleransi yang  baik  untuk  anak, murah  dan mudah  diterima  secara  luas,  buah  pepaya  yang dilembutkan dan diberikan setiap hari untuk  infeksi. Buah pepaya efektif mencegah nekrotik  infeksi  luka  bakar,  pengerasan  permukaan  luka  dan  penebalan  kulit (Soedibyo,  1998). Khemopapain  dan  papain  aktivitasnya  sebagai  enzim  proteolitik dan sebagai antimikroba (Starley et al., 1999).  Selain untuk dikonsumsi buah pepaya juga  dapat  digunakan  sebagai  obat  luka  bakar  (Wijayakusuma  dan  Dalimartha, 1997

B.   Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (Moenajat)
C.   Insiden
Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir ini, yang mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-pusat perawatan luka bakar telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani luka bakar terdiri dari berbagai disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan perawatan pada klien dan keluarganya.
Di Amerika kurang lebih 2 juta penduduknya memerlukan pertolongan medik setiap tahunnya untuk injuri yang disebabkan karena luka bakar. 70.000 diantaranya dirawat di rumah sakit dengan injuri yang berat.
Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th).

D.   Etiologi
1.    Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :
Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
2.    Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melelui konduksi atau radiasi elektromagnitik. Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.
Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.

E.   Patofisiologi
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock (shock Hipovolemik) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh trhadap kondisi ini adalah :
1.  Respon kardiovaskuiler
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melelui kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh.
2.  Respon Renalis
Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal
3.  Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan aspirasi.
4.  Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka.
F.    Klasifikasi luka bakar
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka, yakni :
Berdasarkan penyebab
·       Luka bakar karena api
·       Luka bakar karena air panas
·       Luka bakar karena bahan kimia
·       Luka bakar karena listrik
·       Luka bakar karena radiasi
·       Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
Berdasarkan kedalaman luka bakar
·       Luka bakar derajat I
·       Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
·       Kulit kering, hiperemi berupa eritema
·       Tidak dijumpai bulae
·       Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
·       Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
·       Luka bakar derajat II
·       Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
·       Dijumpai bulae.
·       Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
·       Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
·       Derajat II dangkal (superficial)
·       Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
·       Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
·       Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
·       Derajat II dalam (deep)
·       Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
·       Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
·       Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
·       Luka bakar derajat III
·       Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
·       Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
·       Tidak dijumpai bulae.
·       Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
·       Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
·       Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
·       Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
·       Luka bakar mayor
·       Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.
·       Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
·       Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
·       Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
·       Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
·       Luka bakar moderat
·       Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
·       Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
·       Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
·       Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yg didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992)adalah :
·       Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
·       Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
·       Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
·       Luka tidak sirkumfer.
·       Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
Ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu :
Rule of nine
·       Kepala dan leher : 9%
·       Dada depan dan belakang : 18%
·       Abdomen depan dan belakang : 18%
·       Tangan kanan dan kiri : 18%
·       Paha kanan dan kiri : 18%
·       Kaki kanan dan kiri : 18%
·       Genital : 1%

G.   Penatalaksanaan medis
Penanggulangan terhadap shock,
-          mengatasi gangguan keseimbangan cairan
·       Protokol pemberian cairan mengunakan rumus Brooke yang sudah dimodifikasi yaitu :
·       24 jam I : Ciran Ringer Lactat : 2,5 – 4 cc/kg BB/% LB.
·       ½ bagian diberikan dalam 8 jam pertama (dihitung mulai dari jam kecelakaan).
·       ½ bagian lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya.
·       24 jam II : Cairan Dex 5 % in Water : 24 x (25 + % LLB) X BSA cc.
·       Albumin sebanyak yang diperlukan, (0,3 – 0,5 cc/kg/%).
-          Mengatasi gangguan pernafasan
-          Mengataasi infeksi
-          Eksisi eskhar dan skin graft.
-          Pemberian nutrisi
-          Rehabilitasi
-          Penanggulangan terhadap gangguan psikologis.

H.   Kesimpulan
Perawatan LB merupakan hal yang komplek dan menantang. Trauma fisik dan psikologis yang dialami setelah injuri dapat menimbulkan penderitaan baik bagi penderita sendiri maupun keluarga dan orang lain yang dianggap penting. Anggota yang menjadi kunci dari tim perawatan luka bakar adalah perawat yang bertanggung jawab untuk membuat perencanaan perawatan yang bersifat individual yang merefleksikan kondisi klien secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., et al. (1995). Nursing care plans guidelines for planning patient care. (2nd ed.). Philadelphia: F.A. Davis Co.

Luckmann & Sorensen. (1993). Medical-surgical nursing a psychophysiologic approach, (4th ed.). Philadelphia: W.B. Saunder Co.

Nettina, S. (1996). The Lippincott manual of nursing practice. (6th ed.). Lippincott: Lippincott-Raven Publisher.

Thompson, J.M. (1987). Clinical nursing. St. Louis: Mosby.

No comments:

Post a Comment